Kamis, 10 Mei 2012
jangan panik anak Gumoh
Jangan Panik saat Anak Gumoh
Thursday, 10 May 2012
Pada bayi di bawah usia 4 bulan, gumoh wajar terjadi. Tapi waspadai bila intensitasnya lebih dari lima kali sehari, karena bisa-bisa bayi mengalami malnutrisi.
Pada awal-awal kehidupannya bayi sering memuntahkan sebagian air susu ibu (ASI) yang ditelannya atau dikenal dengan istilah gumoh atau regurgitasi.Kejadian ini tentu saja membuat para ibu cemas.Padahal,gumoh dialami hampir setiap bayi. Sejumlah penelitian internasional menunjukkan bahwa 77% bayi berusia di bawah tiga bulan di seluruh dunia mengalami gumoh paling tidak sekali dalam sehari.
Puncaknya terjadi pada usia empat bulan dan mencapai 81% bayi.Sementara itu,di Indonesia kondisi serupa juga terjadi pada 75% bayi berusia 0-3 bulan. Namun, sebenarnya kondisi ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Pasalnya,gumoh jarang sampai menandakan masalah serius.Fenomena gumoh ini akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia bayi,yakni pada usia 12 bulan.
Selama bayi Anda tampak nyaman dan tidak mengalami gangguan berat badan,hal itu tak menjadi problem. ProfYvan Vandenplas dari Divisi Pediatrik Gastroenterologi di University Brusel,Belgia mengatakan, gejala gumoh sering dikaitkan dengan refluxpada saluran cerna atau lebih dikenal dengan istilah happy vomitting yang banyak menimbulkan kecemasan bagi para ibu.
“Gumoh merupakan hal yang menjadi perhatian pada satu dari tiga ibu di seluruh dunia,”sebutnya dalam acara temu media yang diselenggarakan PT Nutricia Indonesia Sejahtera dalam rangka Kongres Perhimpunan Gastroenterologi, Hepatologi,dan Nutrisi Anak Indonesia di Hotel Panghegar,Bandung,Kamis (3/5). Dia menyebutkan,setiap nutrisi yang masuk ke dalam lambung bayi belum sempat dicerna dengan sempurna sehingga berpotensi menyebabkan malanutrisi.
“Tidak hanya itu,rasa sakit juga akan dialami bayi karena adanya iritasi asam lambung dari perut ke tenggorokan,” ujarYvan.Kondisi gumoh yang berlanjut,Ban menyebutkan, dapat mengalami kondisi sulit menelan yang disebut dysphagia. Sementara itu,spesialis anak dan konsultan pediatrik gastroenterologi dari FKUI-RSCM Jakarta,dr Badriul Hegar PhD SpA(K),mengemukakan bahwa kondisi global ini juga dialami ibu-ibu di Indonesia.
Mereka umumnya cemas karena takut kejadian gumoh tersebut berpengaruh pada proses tumbuh kembang sang buah hati. Gumoh,menurut Badriul,terjadi akibat klep penutup lambung atau otot penghubung mulut dan kerongkongan bayi yang belum “matang” sehingga air susu yang telah diminum dikeluarkan kembali.Standarnya,dia mengatakan, anak gumoh bisa empat sampai lima kali sehari.
Apabila intensitasnya melebihi jumlah tersebut,barulah itu dianggap tidak wajar dan Anda bisa menemui dokter.Apalagi jika ditambah gejala anak menjadi rewel,menangis terus,menolak minum hingga penurunan berat badan yang signifikan. “Kalau sudah seperti itu,musti hatihati. Bisa jadi asam lambung dalam tubuhnya ikut keluar sehingga muncul peradangan di dalam kerongkongan,”kata Hegar.
Gumoh berbeda dengan muntah. Hegar menyebutkan,volume cairan yang keluar pada saat bayi muntah umumnya lebih banyak. Muntah dikeluarkan dengan cara disemburkan dari perut bayi,diawali dengan rasa mual, lalu disertai dengan kontraksi otot dinding perut.Kadangkala cairan muntah juga dikeluarkan melalui lubang hidung.
Muntah tidak terjadi pada bayi yang baru lahir,melainkan pada bayi berumur minimal dua bulan dan dapat terjadi sepanjang usia. Bila bayi Anda muntah,bisa jadi merupakan tanda adanya gangguan kesehatan atau gangguan pada fungsi pencernaannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 2004 di RSCM, ditemukan bahwa bayi yang mengalami gumoh lebih dari empat kali sehari mengalami kenaikan berat badan yang lebih rendah pada empat bulan pertama usia bayi.
Namun,Hegar mengatakan,penelitian ini juga membuktikan bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif lebih jarang mengalami gumoh dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. “Jadi,jangan takut untuk terus memberikan ASI secara eksklusif karena justru ASI terbukti dapat mengurangi gumoh pada bayi,”sebut Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.Hegar menuturkan bahwa gumoh memang tidak dapat dicegah.
Adapun yang dapat dilakukan adalah dengan menurunkan risikonya. Hal praktis yang bisa dilakukan para ibu sebagai penanganan awal,menurut Hegar,baringkan bayi sambil menaikkan posisi lambung sekitar 40 sampai 60 derajat.Caranya dengan mengganjal bagian pinggang belakang bayi dengan bantal.“Upaya ini dilakukan selama lambung mencerna makanan hingga kosong lagi,sekitar tiga sampai empat jam,”tuturnya.
Atau bisa juga dengan menggunakan ranjang yang bisa diatur ketinggiannya seperti ditemukan di rumah sakit.Secara medis,penanganan gumoh pada bayi harus mengutamakan aspek keyakinan dari orang tua,terutama para ibu,bahwa hal ini sebenarnya merupakan kondisi medis yang normal.
Meskipun di pasaran sebenarnya sudah tersedia produk susu formula untuk mengurangi frekuensi gumoh yang harus diperoleh dengan resep dokter,namun Hegar menegaskan bahwa ASI eksklusif tetap merupakan solusi terbaik untuk kondisi ini. rendra hanggara
0 komentar:
Posting Komentar